Selasa, 10 Agustus 2010

MAKALAH ”PEMBUATAN PULP DAN KERTAS DARI AMPAS TEBU DENGAN PROSES ACETOSOLV”

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kita semua tentu sering menggunakan kertas untuk berbagai kepentingan, baik untuk menulis, membaca, atau untuk membungkus gorengan barangkali. Kertas yang sering kita gunakan itu biasanya terbuat dari kayu yang diolah dengan teknologi modern sehingga sampai ke tangan kita.

Penggunaan kertas di dunia saat ini telah mencapai angka yang sangat tinggi. Menyikapi hal ini pemerintah berencana menjadi produsen pulp dan kertas terbesar dunia (Syafii, 2000). Permasalahannya adalah, produsen pulp dan kertas di tanah air pada umumnya menggunakan kayu hutan sebagai bahan baku. Simajuntak (1994) mengemukakan 90% pulp dan kertas yang dihasilkan menggunakan bahan baku kayu sebagai sumber bahan berserat selulosa. Dapat diprediksikan bahwa akan terjadi eksploitasi hutan secara besar-besaran apabila kelak Indonesia menjadi produsen pulp terbesar di dunia. Terganggunya kestabilan lingkungan menjadi dampak yang perlu mendapat perhatian khusus. Untuk mengatasi hal ini pemerintah harus mencari alternatif penggunaan kayu hutan sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas.

Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Baskoro (1986) mengatakan bahwa ampas tebu (bagase), limbah dari batang tebu setelah dilakukan pengempaan dan pemerasan, secara umum mempunyai sifat serat yang hampir sama dengan sifat serat kayu daun lebar. Berdasarkan pustaka (Paturau, 1982), komponen utama ampas tebu terdiri dari serat sekitar 43-52%, dan padatan terlarut 2-3%. Panjang serat 1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter 138,43 (Baskoro,1986). Lampung memiliki pabrik pengolahan tebu menjadi gula yang menghasilkan ampas tebu (bagase) sebagai limbah pengolahan, tetapi menurut pengamatan bagase yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga keberadaannya yang menggunung menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.

Proses pembuatan pulp pada umumnya menggunakan proses kimia, yaitu proses soda, sulfat (kraft), sulfit, dan organosolv. Hasil penelitian mengenai pembuatan pulp dengan proses soda-antraquinon dengan bahan baku serbuk menunjukkan reaksi yang baik dalam rendemen maupun sifat lain dari pulp yang dihasilkan. Namun produksi pulp secara kimia menimbulkan pencemaran yang cukup serius karena hasil samping yang diproduksi. Polutan atau limbah utama yang dihasilkan adalah komponen gas yang mengandung senyawa sulfur dan klor yang dihasilkan dari proses kraft atau sulfit dengan larutan pemasak Na2S atau NaHSO2 (Simanjutak, 1994).

Dengan keluarnya larangan pemerintah dalam investasi baru dibidang industri menggunakan klorin dan kepada industri yang terlanjur menggunakannya secara bertahap akan disingkirkan (Suara Pembaruan, 3 Mei 1994 dalam Simanjutak, 1994), membuat industri pulp dan kertas dalam kondisi terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan bahan-bahan organik dalam produksi pulp dan kertas. Penggunaan pelarut organik sebagai bahan pemasak pulp disebut dengan proses organosolv (Young dan Akhtar, 1998).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada makalah ini adalah :

1. Apakah ampas tebu atau bagase bisa menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas ?
2. Bagaimana proses pembuatan pulp dan kertas dari bahan baku ampas tebu dengan proses acetosolv?

1.3 Tujuan

1. Mempublikasikan ampas tebu atau bagase menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas dengan proses acetosolv.
2. Mempublikasikan proses pembuatan pulp dan kertas dari bahan baku ampas tebu dengan proses acetosolv.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Kimia Kayu dan Pulp


1.4 Manfaat

Hasil penyusunan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Alternatif pengganti penggunaan kayu hutan sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas.
2. Sebagai referensi bagi penelitian atau pembuatan makalah sejenis.



BAB II

ISI



2. 1 TEBU (SACCHARUM)

Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.

 
Klasifikasi ilmiah dari tebu:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Saccharum




            Gambar 1. Tebu



a. Bagase
Gambar 2. Bagase

 Bagase adalah hasil samping industri gula yang merupakan residu berserat dari tanaman tebu (Saccharum officinarum) setalah dilakukan ekstraksi dan pengempaan (Casey, 1960). Menurut Baskoro (1986) bagase mempunyai komposisi yang hampir sama dengan komposisi kimia kayu daun lebar, kecuali kadar airnya. Misra (1980 dalam Baskoro, 1986) menyebutkan bahwa bagase terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kulit (rind) yang meliputi epidermis, kortek, dan perisikel, (2) ikatan serat pembuluh, (3) jaringan dasar (parenkim) atau pith dengan ikatan yang tersebar tidak teratur. Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula setelah tebu diambil niranya.

Komponen utama ampas tebu antara lain fiber (serat) sekitar 43 – 52 %, air 46 – 52 %, dan padatan terlarut 2 – 3 %. Syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat yang panjang, luas dengan kadar hemiselulosa tinggi dan ampas tebu memiliki syarat tersebut

Berdasarkan penelitian tentang dimensi serat, bagase yang dipakai untuk bahan baku pulp dan kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo, rata-rata memiliki panjang serat 1,43 mm, diameter 10,33 nm, tebal dinding serat 0,68 nm, diameter lumen 8,51 nm, dan nisbah serat dengan diameter serat 138,43 (Baskoro,1986).

Pemisahan jaringan dasar merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas bagase, sebagai bahan baku proses pulping (Ruwelih,1990). Secara umum disepakati bahwa pith (parenkim) harus dihilangkan dari bagase, jika kelak akan digunakan untuk produksi pulp kimia yang menghasilkan kertas dengan kualitas baik (Stephenson, 1951 dalam Baskoro 1986). Clark (1985) menyebutkan bahwa bagase mengandung 25%-35% pith yang terdiri dari sel-sel parenkim, jika tidak dihilangkan maka akan menyerap larutan pemasak kimia dan tidak diharapkan untuk kertas.



b. Klasifikasi kelas kualitas serat kayu untuk bahan baku pulp dan kertas

Kualitas Keterangan
Kelas I Serat panjang sampai panjang sekali, dinding sel tipis sekali dan lumen lebar. Serat akan mudah digiling. Diduga akan menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik yang tinggi.
Kelas II Serat kayu sedang sampai panjang, mempunyai dinding sel tipis dan lumen agak lebar. Serat akan mudah menggepeng waktu digiling dan ikatan seratnya baik. Serat jenis ini diduga akan menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik cukup tinggi.
Kelas III Serat kayu berukuran pendek sampai sedang, dinding sel dan lumen sedang. Dalam lembaran pulp kertas, serat agak menggepeng dan ikatan antar seratnya masih baik. Diduga akan menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik sedang.
Kelas IV Serat kayu pendek, dinding sel tebal dan lumen serat sempit. Serat akan sulit menggepeng waktu digiling. Jenis ini diduga akan menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, retak dan tarik yang rendah.

2. 2 SELULOSA

Selulosa merupakan bagian utama susunan jaringan tanaman berkayu, bahan tersebut terdapat juga pada tumbuhan perdu seperti paku, lumut, ganggang dan jamur. Penggunaan terbesar selulosa yang berupa serat kayu dalam industri kertas dan produk turunan kertas lainnya.

Selulosa merupakan komponen penting dari kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Selulosa, oleh Casey (1960), didefinisikan sebagai karbohidrat yang dalam porsi besar mengandung lapisan dinding sebagian besar sel tumbuhan. Winarno (1997) menyebutkan bahwa selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama hemiselulosa, pektin, dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Macdonald dan Franklin (1969) menyebutkan bahwa selulosa adalah senyawa organik yang terdapat paling banyak di dunia dan merupakan bagian dari kayu dan tumbuhan tingkat tinggi lainnya. Fengel dan Wegener 1995) menyatakan bahwa selulosa terdapat pada semua tanaman dari pohon bertingkat tinggi hingga organisme primitif seperti rumput laut, flagelata, dan bakteri.

a. Lignin
Lignin merupakan bagian terbesar dari selulosa. Penyerapan sinar (warna) oleh pulp terutama berkaitan dengan komponen ligninnya. Untuk mencapai derajat keputihan yang tinggi, lignin tersisa harus dihilangkan dari pulp, dibebaskan dari gugus yang menyerap sinar kuat sesempurna mungkin. Lignin akan mengikat serat selulosa yang kecil menjadi serat-serat panjang. Lignin tidak akan larut dalam larutan asam tetapi mudah larut dalam alkali encer dan mudah diserang oleh zat-zat oksida lainnya.

b. Delignifikasi

Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses pemisahan selulosa dari senyawa pengikatnya, terutama lignin yaitu secara mekanis, semikimia dan kimia. Pada proses secara kimia ada beberapa cara tergantung dari larutan pemasak yang digunakan, yaitu proses sulfit, proses sulfat, proses kraft dan lain-lain.


Pembuatan pulp pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pembuatan Pulp Mekanik, merupakan proses penyerutan kayu dimana kayu gelondong setelah dikuliti diserut dalam batu asah yang diberi semprotan air. Akibat proses ini banyak serat kayu yang rusak.

2. Pembuatan Pulp Secara Kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sama sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak.

a. Pembuatan Pulp Sulfit
Pulp sulfit rendemen tinggi dapat dihasilkan dengan proses sulfit bersifat asam, bisulfit atau sulfit bersifat basa.

b. Pembuatan Pulp Sulfat(kraft)
Proses ini menggunakan natrium sulfat yang direduksi didalam tungku
pemulihan menjadi natrium sulfit, yang merupakan bahan kimia kunci yang dibutuhkan untuk delignifikasi.

c. Pembuatan Pulp Soda
Proses soda umumnya digunakan untuk bahan baku dari limbah pertanian seperti merang, katebon, bagase serta kayu lunak.

d. Organosolv
Organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan yang lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik. Pada proses ini, penguraian lignin terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan eter (Donough, 1993). Beberapa senyawa organik yang dapat digunakan antara lain adalah asam asetat, etanol dan metanol.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi ini adalah:

1. Waktu pemasakan
2. Konsentrasi larutan pemasak
3. Pencampuran bahan
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku
5. Ukuran bahan
6. Suhu dan Tekanan
7. Konsentrasi Katalis

2. 3 ORGANOSOLV

Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.

Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.

Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses acetocell (menggunakan asam asetat), dan proses organocell (menggunakan metanol).

Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara misalnya di Kanada dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell mulai diterapkan dalam beberapa pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell yang telah beroperasi dalam skala pabrik di New Brunswick (Kanada) terbukti mampu manghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft, rendemen tinggi, dan sifat pendauran bahan kimia yang sangat baik.


2. 4 PROSES ACETOSOLV

Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses acetosolv. Proses acetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft (Simanjutak, 1994). Lebih dari itu Aziz dan Sarkanen (1989) menguatkan pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa rendemen pulp lebih tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, dapat diperoleh hasil samping berupa lignin dan furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi, dan ekonomis dalam skala yang relatif kecil. Nimz dan Casten (1984 dalam Muladi, 1992), yang mempatenkan proses pulping dengan menggunakan asam asetat terhadap kayu atau tanaman semusim ditambah sedikit garam asam sebagai katalisator, menyebutkan bahwa keuntungan dari proses acetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas pemasak. Selain itu proses tersebut dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan organik.


2. 5 ASAM ASETAT
 Gambar 3. Asam Asetat

 Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memilikietat rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.


2. 6 PULPING PROSES DALAM SKEMA PEMBUATAN KERTAS

Gambar 4. Skema pembuatan kertas

Secara garis besar ada 2 tahapan proses pembuatan kertas, yaitu;

1. Proses membuat pulp atau bubur kertas; dari skema diatas dimulai dari "woodyard" sampai dengan proses pemutihan atau "bleaching",

2. Proses membuat lembaran kertas; dimulai saat bubur kertas atau pulp mulai masuk ke mesin kertas atau paper mesin sampai dengan lembaran kertas tergulung rapi dalam gelondongan atau roll.
Pada prakteknya kedua proses besar diatas tidaklah perlu menjadi satu kesatuan proses dalam suatu pabrik kertas atau terintegrasi. Bukannya tidak umum suatu pabrik kertas harus membeli bubur kertas dari perusahaan pulp. Pabrik kertas tersebut hanya memiliki mesin kertas saja. Demikian pula suatu pabrik bubur kertas atas pertimbangan strategi bisnisnya, hanya mempunyai mesin "pulping" bubur kertas saja. Walaupun proses pembuatan pulp dan kertas adalah dua proses yang berbeda, namun mereka terkait erat satu sama lain dan saling mempengaruhi dalam proses dan produksi lembaran kertas. Seperti air sungai dimana air di hilir dipengaruhi oleh sumber di hulu.

2. 7 PEMBUATAN PULP DAN KERTAS DARI AMPAS TEBU DENGAN PROSES  ASETOSOLV

2. 7. 1 Pelaksanaan

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah oven, rotary digester, disintegrator, hidrolic screener, centrifuge, niagara heater hollander, canadian standar freeness, stock chest, alat pres lembaran pulp, ember, saringan kawat, alat pembentuk lembaran pulp, tearing tester, folding tester, dan brightness tester.
Bahan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp adalah 24 kg bagase. Larutan pemasak yang digunakan adalah asam asetat glasial (konsentrasi 96%) sebanyak 168 L dan 72 L air.

B. Persiapan Bagase

Proses pembuatan pulp dimulai dengan mencuci ampas tebu dan dijemur sampai kering, kemudian dihilangkan empulurnya dengan menumbuk ampas tebu sampai tinggal serat-seratnya (depithing), ditampi kemudian diambil 1000 g per satu kali masak.

C. Pemasakan Pulp

Pemasakan dilakukan dengan pelarut asam asetat dan air (proses acetosolv). Sebanyak 1000 g ampas tebu dimasukkan ke dalam rotary digester (alat pemasak, gambar 5 ). Pemasakan menggunakan perbedaan konsentrasi asetat yang berbeda (100%,80%, dan 60%) dan nisbah larutan pemasak dengan bobot serpih bagase 8:1 dan 12:1. Suhu pemasakan maksimum 160 C dengan tekanan yang terjadi pada suhu tersebut, waktu tuju ke suhu maksimum 69-90 menit, waktu pada suhu maksimum 90 menit. Proses ini bertujuan untuk memisahkan selulosa dari lignin (delignifikasi) melalui proses hidrolisis.
Gambar 5. Rotary digister

D. Pencucian Pulp

Pulp hasil pemasakan selanjutnya dicuci dengan menggunakan air. Proses ini bertujuan membebaskan pulp dari larutan pemasak. Pencucian dilakukan hingga pulp tidak mengandung lagi asam asetat yang ditandai dengan hasil cucian bening.

E. Disintegrasi
    Gambar 6. Disintegrator 

Disintegrasi adalah proses yang bertujuan untuk memisahkan serat. Proses ini dilakukan dengan disintegrator yang memiliki prinsip kerja seperti blender. Pulp yang telah jenuh dimasukkan ke dalam disintegrator dengan menggunakan air sebagai media pemisahan serat. Disintegrasi dilakukan hingga pulp terurai menjadi serat-serat mandiri. Proses ini dilakukan selama 3-5 menit.
                                                                                     
  F. Penyaringan Pulp

Pulp disaring dengan menggunakan hidrolic screener. Hidrolic screener bekerja menyaring pulp yang telah menjadi serat-serat yang mandiri pada kisaran 80 mesh. Setelah pulp tersaring, dikeringkan dengan memasukkan pulp tersaring ke dalam centrifuge. Pulp hasil sentrifugasi ditimbang untuk ditentukan rendemennya.

G. Penggilingan Pulp

Pulp digiling dengan menggunakan niagara beater hollander. Untuk membuat lembaran pulp dengan gramatur kurang lebih 60 g/m2 atau untuk setiap lembaran dengan diameter 21,5 cm dibutuhkan pulp sebanyak 2,1783 g pulp kering oven.

Pulp sebanyak 234 g kering oven, ditambah air hingga mencapai 15,4 L kemudian dimasukkan ke dalam niagara beater hollander. Mesin dijalankan selama 15-20 menit. Uji derajat freeness pada waktu 0 menit dilakukan dengan mesin dalam keadaan beroperasi. Memberi beban 5500 g dan uji kembali derjat freeness pada waktu yang dikehendaki (sesuai penelitian). Pengujian derajat freeness dilakukan secara duplo hingga pulp mencapai 200-300 derjat freeness. Setelah waktu giling dicapai, angkat beban dan ambil sampel untuk pengujian derajat freeness dan untuk pembuatan lembaran.

Pengujian derajat freeness dilakukan dengan mengambil 200 mL suspensi pulp (setara dengan 3 g pulp kering oven) masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan air sampai 1000 mL. Memasukkan ke dalam alat uji canadian standar freeness dan uji derjat freness-nya. Uji dilakukan secara duplo dengan menggunakan alat uji derajat freeness..

Gambar 7. Canadian Standar Freeness



H. Pembuatan Lembaran Pulp

Lembaran pulp dibentuk pada derajat kehalusan 200-300 derajat freeness. Suspensi pulp sebanyak 1430 ML dimasukkan ke dalam stock chest (pengaduk), ditambahkan air sampai 10 L untuk10 lembaran pulp. Bentuk lembaran dengan setiap pengambilan suspensi dari stock chest. Bentuk lembaran sampai suspensi dalam stock chest habis, yaitu 10 lembar pulp.


I. Pembuatan Lembaran Kertas

Proses membuat lembaran kertas dimulai saat pulp mulai masuk ke mesin kertas atau paper machine sampai dengan lembaran kertas tergulung rapi dalam gelondongan atau roll

2. 7. 2 Pengamatan

Pengujian sifat fisik meliputi ketahanan sobek, ketahanan lipat, dan sifat optik (derajat putih). Sampel yang akan diuji diambil dengan cara mengikuti aturan TAPPI T220 sp-96. Sebelum lembaran diuji sifat fisiknya, terlebih dahulu dilakukan conditioning dalam ruang uji dengan kelembaban nisbi 50+2% dan suhu 23+2 °C


2. 7. 3 Rendemen Pulp

Pulp hasil pemasakan (yang keluar dari centrifuge) ditimbang dalam keadaan basah (A g), kemudian diambil contoh pulp sebanyak B g dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam. Pengeringan diulang hingga dicapai bobot konstan selama 24 jam.
Rendemen dihitung dengan menggunakan rumus:

Rendemen %= C/B x A x 100%
A=Bobot total pulp basah
B=Bobot contoh pulp basah
C=Bobot contoh pulp kering


2. 7. 4 Sifat Ketahanan Sobek

Ketahanan sobek adalah gaya yang diperlukan untuk menyobek lembaran kertas yang dinyatakan dalam gram gaya (gf) atau miliNewton (mN) yang diukur pada kodisi standar. Nilai ketahanan sobek dinyatakan dengan indeks sobek, yaitu ketahanan sobek dibagi dengan gramatur kertas (SNI 14-0436-1989). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat tearing tester
Ketahanan sobek dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
(1) jumlah total serat yang berpartisipasi dalam ketahanan fisik kertas,
(2) panjang serat,
(3) jumlah dan kekuatan ikatan antar serat (Casey, 1981).
Panjang serat merupakan faktor penting dalam ketahanan sobek.
Ketahanan sobek (KS) = S x 9.807
Indeks sobek (Nm2/kg) = KS/G
Keterangan : S = Ketahanan sobek contoh uji
G = Gramatur (gr/m2)

2. 7. 5 Ketahanan lipat

Ketahanan lipat adalah angka yang menunjukkan berapa kali kertas tersebut dapat dilipat sampai putus pada kondisi standar (SNI 14-0491-1989). Pengujian ketahanan lipat dilakukan dengan menggunakan alat folding tester. Menurut Casey (1981) ketahanan lipat adalah pengujian empiris yang mengukur jumlah lipatan yang dilakukan terhadap kertas sampai kekuatannya di bawah nilai standar (sampai kertas terbagi).

Ketahanan lipat adalah modifikasi penentuan ketahan kertas, tetapi hasilnya secara dominan dipengaruhi oleh kemampuan lengkung kertas. Dalam pengujian ini serat tidak terputus (rusak), tetapi ikatan serat akan berkurang secara bertahap yang menurunkan daya tahan kertas.

2. 7. 6 Derajat Putih

Derajat putih adalah perbandingan antara intensitas cahaya biru dengan panjang gelombang 457 nm yang dipantulkan oleh permukaan lembaran pulp dengan cahaya sejenis yang dipantulkan oleh permukaan lapisan magnesium oksida (MgO) pada kondisi sudut datang cahaya 45 dan sudut pantul 0 serta dinyatakan dalam % GE (SNI 14-0436-1989). Derajat putih diukur dengan alat brightness tester. Nilai derajat putih pulp bisa langsung dibaca pada alat.

Gambar 8. Brightness tester



2. 8 STANDAR UJI KERTAS dan KARTON SNI

Sifat Fisik
1 Cara uji ketahanan sobek kertas (Elemendorf) 14. 0436 – 1989
2 Cara uji ketahanan tarik dan daya regang lembaran pulp, kertas dan karton (Metode kecepatan pembebanan tetap) 14. 0437 – 1989
Cara uji ketahanan tarik dan daya regang lembaran pulp, kertas dan karton (Metode kecepatan pembebanan tetap) (revisi) 14. 0437 – 1998
3 Cara pengambilan contoh kertas dan karton 14. 1764 – 1990
4 Cara uji ketahanan tekan tepi kertas medium 14. 1560 – 1989
5 Cara uji kelicinan kertas (Metode Bekk) 14. 0586 – 1989

Sifat Kimia
6 Cara uji kadar abu kertas 14. 0442 – 1989
7 Cara uji ketahanan kertas dan karton terhadap jamur (revisi) 14. 1558 – 1998
8 Cara uji keasaman dan kebasaan kertas yang terekstraksi dalam air panas 14. 4990 – 1999
9 Cara uji ketahanan kertas dan karton terhadap jamur (revisi) 14. 1558 – 1998
10 Cara uji pH permukaan kertas 14. 4735 – 1998
11 Cara uji kuantitatif mineral pengisi dan mineral salut dalam kertas dan karton 14. 1039 – 1989




BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat yang panjang, luas dengan kadar hemiselulosa tinggi dan berdasarkan penelitian tentang dimensi serat, bagase yang dipakai untuk bahan baku pulp dan kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo, rata-rata memiliki panjang serat 1,43 mm, diameter 10,33 nm, tebal dinding serat 0,68 nm, diameter lumen 8,51 nm, dan nisbah serat dengan diameter serat 138,43. Oleh karena itu ampas tebu memenuhi syarat tersebut untuk menjadi alternatif sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas.

3.2 Saran

Perlu dilakukan uji aktivitas lain untuk mengetahui hasil pulp dan kertas dari ampas tebu dengan menggunakan proses yang lain



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pembuatan Kertas dari Tebu (online). http://pemdesjatimulyo.blogspot.com/2009/03   /pembuatan-kertas-dari-tebu.html, (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)

Anonim. 2005. Industri Kertas (online). http://www.kertasgrafis.com. (Diakseses pada tanggal 2 Desember 2009)

Anonim. 2009. Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Industri Pulp & Kertas (online). http://greenhouse-idea.blogspot.com/. (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)

Hidayati, Sri. 2009. Mempelajari Pembuatan Pulp Acetocell dari Ampas Tebu dan Pemutih Terhadap Sifat Pulp yang Dihasilkan (online). http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/06/mempelajari-pembuatan-pulp-acetocell-dari-ampas-tebu-dan-pemutih-terhadap-sifat-pulp-yang-dihasilkan/. (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)

Prades, Elki. 2009. Ilmu Pulp dan Kertas (online). http://ilmupulpdankertas.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)

Setyo, Daru. 2008. Pengetahuan Tentang Kertas (online). http://pembalutanion.multiply.com/journal/item/5/pengetahuan_tentang_kertas. (Diakses pada tanggal 2 Desember 2009)



My Facebook : silverfox.apry@gmail.com

KROMIUM (Cr)


KROMIUM (Cr)


A.  PENGENALAN KROMIUM

Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak
Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia, kromium Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
.
B.  SEJARAH PENEMUAN KROMIUM
Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium. Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
 
1. Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa dekade sebelum ini.
Pada 1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof di lereng Timur dari Pegunungan Ural di mana ia memperoleh sampel dari mineral merah-oranye yang disebutnya ujung merah Siberia. Setelah kembali ke St Petersburg pada 1766, ia menganalisis mineral ini dan menemukan bahwa itu berisi "mineralisasi dengan spar selenitic dan partikel besi". Bahkan, mineral itu crocoite, sebuah kromat timbal (PbCrO4).
Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan Beresof dan diamatinya "merah” memimpin mineral yang sangat luar biasa yang belum pernah ditemukan dalam tambang lainnya. Ketika dilumatkan, itu memberikan guhr kuning indah yang dapat digunakan dalam lukisan miniatur.
Meskipun jarang dan kesulitan dengan yang diperoleh dari Pertambangan Beresof (pengangkutan ke Eropa Barat sering mengambil dua tahun), penggunaan timbal merah Siberia sebagai pigmen cat cepat dihargai dan itu ditambang baik sebagai kolektor item serta untuk industri cat - kuning cerah yang terbuat dari cepat crocoite menjadi warna modis untuk kereta bangsawan di Prancis dan Inggris.
Pada 1797, Nicolas-Louis Vauquelin, profesor kimia dan pengujian di School of Mines di Paris, menerima beberapa sampel bijih crocoite.. Analisis berikutnya mengungkapkan unsur logam baru, yang disebutnya kromium setelah khrôma              kata   Yunani,            yang    berarti  warna.

Setelah penelitian lebih lanjut dia terdeteksi jejak unsur kromium dalam permata   memberikan karakteristik warna merah batu delima dan zamrud hijau khas, serpentine, dan mika krom.
Pada 1798, Lowitz dan Klaproth menemukan kromium dalam sampel batu hitam berat ditemukan lebih ke utara dari Pertambangan Beresof dan pada 1799 Tassaert diidentifikasi kromium dalam mineral yang sama dari sejumlah kecil deposit     di           wilayah     Var      Selatan-Timur  Perancis. Mineral ini ia ditentukan sebagai besi spinel krom sekarang dikenal sebagai kromit (FeOCr2O3).
Cadangan bijih kromit ditemukan di Pegunungan Ural sangat meningkatkan suplai kromium untuk industri cat berkembang dan bahkan menghasilkan bahan kimia pabrik krom disiapkan di Manchester, Inggris sekitar 1808. Pada 1827, Tyson Ishak mengidentifikasi simpanan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-Maryland dan Amerika Serikat menjadi pemasok monopoli untuk beberapa tahun. Tapi kelas kromit deposito-tinggi ditemukan dekat Bursa di Turki pada tahun 1848 dan dengan kelelahan dari deposito Maryland sekitar 1860, Turki yang kemudian menjadi sumber utama pasokan.
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun sampai pertambangan bijih kromium dimulai di India dan Afrika Selatan sekitar 1906. Dan meskipun pigmen cat tetap menjadi aplikasi utama selama bertahun-tahun, kromium memiliki kegunaan lain: Kochlin memperkenalkan penggunaan kalium dikromat sebagai mordan dalam industri      pencelupan              pada              tahun          1820.
Penggunaan garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara komersial pada tahun 1884. Sementara kromit pertama kali digunakan sebagai bahan tahan api di Perancis pada tahun 1879, penggunaan sebenarnya dimulai di Britania pada tahun 1886.
Paten pertama untuk penggunaan kromium dalam baja telah diberikan tahun 1865, tetapi skala besar menggunakan kromium harus menunggu sampai logam kromium bisa diproduksi oleh rute-termal alumino, dikembangkan pada awal 1900-an dan ketika tungku busur listrik bisa mencium bau kromit ke dalam paduan master, ferrochromium. Sementara finishing logam membawa kecemerlangan untuk ditambahkan ke katalog warna krom, sebuah panggilan yang benar datang dengan penemuan dari baja stainless, untuk krom adalah bahan yang membuat stainless steel.

C.  SUMBER KROMIUM
Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.
Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na2CrO 4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium. Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.


D. SIFAT FISIK dan KIMIA KROMIUM
1)   Sifat Fisik Kromium
Massa Jenis
7,15 g/cm3 (250C)
Titik Lebur
2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih
2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan
20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan
339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi
397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C)
  23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal
94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier
4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan
7,140 kg m -3
Volum Molar
7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik
12,7 10 -8 Ω m

2)   Sifat Kimia Kromium
Nomor Atom
24
Massa Atom
51,9961 g/mol
Golongan, periode, blok
VI B, 4, d
Konfigurasi elektron    
[Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit
2, 8,13, 1
Afinitas electron
64,3 kJ / mol -1
Ikatan energi dalam gas
142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 
249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar



E.  REAKSI-REAKSI YANG TERJADI PADA KROMIUM
1)        Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar

2)      Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.

3)      Reaksi kromium dengan halogen
a)    Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CRF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CRF6 (s)     [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CRF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s)      [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s)     [hijau]
Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.

b)   Klorida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s)     [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4

c)    Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3BR2 (g) → 2CrBr3 (s)     [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan bromida juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium tetrabromidaa, CrCl4

d)   Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s)     [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4

4)      Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3.
  Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr(s) + 2HCl(aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H 2 (g)

5)      Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4.


6)      Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3

7)      Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.

8)      Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakrbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].

F.  SENYAWA KROMIUM
            Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari campuran aluminum dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan dan  lainnya,senyawa khrom berguna untuk melapisi aluminum.

Senyawaan Biner
Halida.Anhidrat halida Cr (II) di peroleh melalui aksi HCI, HBr atau I2 kepada logam 600 sampai 700’C,atau melalui reduksi dengan H2 pada 500 sampai 600C. Cr2C12 larut dalam air memberikan larutan biru ion Cr2+.
Triklorida  CrC13 yang ungu kemerahan di buat dengan aksi SOC12 pada klorida terhidratnya.Bentuk bersepih dari CrC13 di sebabkan oleh struktur lapisannya.
Krom (III) klorida membentuk adduct dengan ligan donor.Tetrahidrofuranat,CrC13 dalam THF, adalah materi yang terutama berguna bagi pembuatan dari senyawaan kromium lainnya,seperti senyawaan karbonil atau organo.
Oksida alfa-Cr2O3 yang hijau terbentuk pada pembakaran Cr dalam O2, pada dekomposisi termal CrO3.  Oksida hidrat bersifat amfoter dan mudah klarut dalam asam, menghasilkan [Cr(H2O)6]3+ dan dalam basa pekat membentuk chromite.
Kromium oksida adalah katalis yang penting bagi berebagai reaksi yang luas. Kromium(VI) oksida, CrO3 diperoleh sebagai endapan merah kejinggaan pada penambahan asam sulfat kedalam Na2Cr2O7. Secara termal tidak stabil diatas titik lelehannya dan keehilangan O2 menghasilkan Cr2O3. Strukturnya terdiri atas rantai tidak terhingga Dari tetrahedral CrO4 yang menggunakan sudut-sudutnya. Ia larut dalam air dan sangat beracun.
Interaksi CrO3 dan zat-zat orrganik adalah kuat dan bisa meledak, tetapi CrO3 digunakan dalam kimia organic sebagai pengoksida, biasanya dalam asam asetat sebagai pelarut.

Kromium (III)
Keadaan oksidasi 3 adalah yang paling stabil, dan sejumlah besar krom (III) senyawa yang diketahui. Kromium (III) dapat diperoleh dengan melarutkan unsur kromium dalam asam seperti asam klorida atau asam sulfat. Cr3+ ion memiliki jari-jari yang sama (0.63 Ã…) untuk Al3+ ion (jari-jari 0,50 Ã…), sehingga mereka dapat menggantikan satu sama lain dalam beberapa senyawa, seperti dalam tawas krom dantawas. Ketika jumlah jejak Cr3+ menggantikan Al3+ di korundum (aluminium oksida, Al2O3) , berwarna merah ruby terbentuk.
Kromium cenderung membentuk ion kompleks; kromium ion dalam air biasanya octahedrally dikoordinasikan dengan molekul air untuk membentuk hydrates. Yang tersedia secara komersial kromium (III) klorida hidrat adalah kompleks hijau tua [CrCl2 (H2O)4] Cl, tapi dua bentuk lain yang dikenal: hijau pucat [CrCl(H2O)5]Cl2, dan ungu [Cr(H2O)6]Cl3. Jika air hijau bebas krom (III) klorida dilarutkan dalam air maka solusi hijau berubah menjadi ungu setelah beberapa waktu, karena penggantian air untuk klorida di dalam lingkup koordinasi. Reaksi semacam ini juga diamati dalam tawas, dan larut air lainnya

kromium (III) garam
Reaksi sebaliknya dapat dirangsang dengan memanaskan larutan. Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam asam solusi untukmembentuk [Cr(H2O)6]3+, dan dalam solusi dasar untuk membentuk [Cr(OH)6]3-. Hal ini mengalami dehidrasi dengan pemanasan untuk membentuk hijaukrom (III) oksida (Cr2O3) , yang merupakan oksida stabil dengan struktur kristal identik dengan yang korundum.
Kromium (IV)
Senyawa Kromium(IV) (dalam bilangan oksidasi 4) sedikit lebih stabil daripada krom (V) senyawa. Tetrahedral, CRF4, CrCl4, dan CrBr4, dapat diproduksi oleh bereaksi trihalida (CRX3) dengan kelebihan jumlah yang sesuai halogen pada temperatur tinggi. Sebagian besar senyawa disproporsionasi rentan terhadap reaksi dan tidak stabil dalam air.
Kromium (V)
Satu-satunya senyawa biner yang sangat volatilekrom (V) fluorida (CRF5) . Padat merah ini memiliki titik lebur 30°C dan titik didih 117°C, dan dapat disintesis oleh fluorin bereaksi dengan kromium pada 400°C dan tekanan 200 bar. Peroxochromate Kalium (K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida pada temperatur rendah. senyawa coklat merah ini stabil pada suhu kamar tetapi terurai secara spontan pada 150-170 °C.
Kromium (VI)
Kromium (VI) senyawa oksidan yang kuat, dan, kecuali heksafluorida, mengandung oksigen sebagai ligan, sepertikromat anion (CrO42-) dan chromyl klorida (CrO2Cl2). Kromat industri dihasilkan oleh memanggang oksidatif darikromit bijih dengan kalsium atau natrium karbonat.
Kromium (VI) dalam larutan senyawa dapat dideteksi dengan menambahkan asam peroksida hidrogensolusi. Biru gelap yang tidak stabil kromium (VI) peroksida (CrO5) terbentuk, yang dapat distabilkan sebagai adduksi eter CrO5 atau Asam kromat memiliki struktur hipotetis H2CrO4. Baik chromic asam maupun dichromic dapat diisolasi, tapi mereka anion ditemukan dalam berbagai senyawa, yang chromates dan dichromates. Merah gelap kromium (VI) oksida CrO3, asam anhidrida dari asam khrom, adalah industri dijual sebagai "chromic asam". Hal ini dapat diproduksi dengan mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen oksidasi yang sangat kuat.
Contoh yang stabil senyawa kromium (II) adalah air-stabil kromium (II) klorida, CrCl2, yang dapat dibuat oleh penurunan kromium (III) klorida dengan seng. Biru cerah yang dihasilkan hanya solusi netral stabil pada pH ketika solusi sangat murni
Kromium sangat terkenal karena kemampuannya untuk membentuk berlipat lima ikatan kovalen. Produk dari suatu reaksi antara kromium (I) dan sebuah hidrokarbon radikal ini ditampilkan melalui difraksi sinar-X untuk memuat berlipat lima ikatan dengan panjang 183,51 (4) am (1,835 Ã…) bergabung dengan dua atom krom pusat. Sangat besar monodentate ligan menstabilkan senyawa ini dengan melindungi ikatan yang berlipat lima dari reaksi lebih lanjut.
G.  SIFAT KERADIOAKTIFAN
1)      Kelimpahan Unsur Kromium
Tabel berikut merupakan kelimpahan dari unsur kromiumdalam berbagai lingkungan. Nilai-nilai yang diberikan dinyatakan dalam satuan ppb (bagian per miliar; 1 miliar = 10 9), baik dalam hal berat maupun dalam hal jumlah atom. Nilai kelimpahan sulit untuk ditentukan dengan pasti, sehingga semua nilai harus diperlakukan dengan hati-hati, khususnya bagi unsur-unsur yang kurang umum.
Tempat
Ppb berat
Ppb oleh atom
Alam semesta
15000
400
Matahari
20000
400
Meteorit (karbon)
3100000
1200000
Kerak batu
140000
55000
Air laut
0.6
0.071
Arus
1
0.02
manusia
30
4

2)      Isotop kromium
Beberapa dari isotop kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian metabolisme dan diagnosa diabetes
Isotop
Massa Atom
Waktu paruh
Kelimpahan di alam (%)
Momen magnetik nuklir
48Cr
47,95404
21,6 hari
-
-
49Cr
48,951341
42,3 menit
-
0,476
50Cr
49,9460464
-
4.345
-
51Cr
50,944772
27,70 detik
-
-0,934
52Cr
51,09405098
-
83,789
-
53Cr
52,9406513
-
9,501
-0,47454
54Cr
53,9388825
-
2,365
-
55Cr
54,940844
3,497 menit
-
-
56Cr
55,94065
5,9 menit
-
-
H.  KEGUNAAN KROMIUM
a.    Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan untuk membentuk paduan
b.    Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan keras, serta untuk mencegah korosi.
c.    Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.
d.   Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
e.    Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
f.     Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants
g.    Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal, dan stabil struktur kristal
h.    Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa
i.      digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
j.      digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa PrCrO4
k.    digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium.
l.      Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).
I.  PELAPISAN KROM
Pelapisan krom adalah suatu perlakuan akhir menggunakan elektroplating oleh kromium. Pelapisan dengan krom dapat dilakukan pada berbagai jenis logam seperti besi, baja, atau tembaga. Pelapisan krom juga dapat dilakukan pada plastik atau jenis benda lain yang bukan logam, dengan persyaratan bahwa benda tersebut harus dicat dengan cat yang mengandung logam sehingga dapat mengalirkan listrik.
Pelapisan krom menggunakan bahan dasar asam kromat, dan asam sulfat sebagai bahan pemicu arus, dengan perbandingan campuran yang tertentu. Perbandingan yang umum bisa 100:1 sampai 400:1. Jika perbandingannya menyimpang dari ketentuan biasanya akan menghasilkan lapisan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Faktor lain yang sangat berpengaruh pada proses pelapisan krom ini adalah temperatur cairan dan besar arus listrik yang mengalir sewaktu melakukan pelapisan. Temperatur pelapisan bervariasi antara 35 °C sampai 60 °C dengan besar perbandingan besar arus 18 A/dm2 sampai 27 A/dm2.
Elektroda yang digunakan pada pelapisan krom ini adalah timbal (Pb) sebagai anoda (kutub positif) dan benda yang akan dilapis sebagai katoda (kutub negatif). Jarak antara elektroda tersebut antara 9 cm sampai 29 cm. Sumber listrik yang digunakan adalah arus searah antara 10 - 25 Volt, atau bisa juga menggunakan aki mobil.
J.  EFEK KESEHATAN KROM
Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan karbonat.
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang-orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
- kulit ruam
- sakit perut dan bisul
- Masalah pernapasan
- Sistem kekebalan yang lemah
- Ginjal dan kerusakan hati
- Perubahan materi genetik
- Kanker paru-paru
- Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung pada keadaan oksidasi. Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk ini) adalah toksisitas rendah. Bentuk yang hexavalent beracun. Efek samping dari bentuk hexavalent pada kulit mungkin termasuk dermatitis, dan reaksi alergi kulit. Gejala pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan hidung gatal.
K. DAMPAK LINGKUNGAN
Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme. Kromium memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui proses-proses alam dan aktivitas manusia. kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri. Aplikasi ini terutama akan meningkatkan konsentrasi kromium dalam air. Melalui kromium pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui pembuangan limbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan berakhir di perairan atau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat pada partikel tanah dan sebagai hasilnya tidak akan bergerak menuju tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi tak bergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada akhirnya akan larut. Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati, ketika dosis harian terlalu rendah.
Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat mengubah bahan genetik dan menyebabkan kanker.
Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah tidak menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat, hal ini masih dapat mengarah pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman tanah juga dapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya menyerap kromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika konsentrasi melebihi nilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi tinggi kromium, karena pembuangan produk-produk logam di permukaan air, dapat merusak insang ikan yang berenang di dekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkan masalah pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat lahir, infertilitas dan pembentukan tumor.









 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kromium (Cr). (online). http://lovekimiabanget.blogspot.com/2010/04/kromium-cr.html. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2010



Anonim. 2008. Krom. (online). http://www.chem-is-try.org/. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2010



Anonim. 2009. Latar Belakang Sejarah. (online). http://www.icdachromium.com/chromium-. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2010



Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia



Mulyana, Segena. 2008. Kromium (online). http://kiminuklir.wordpress.com. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2010














My Facebook : silverfox.apry@gmail.com